Resolusi Peternakan

Posted by Noer Rachman Hamidi

“Dia menciptakan kamu dari diri yang satu kemudian Dia jadikan daripadanya istri dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor hewan yang berpasangan dari binatang ternak…” (QS 39 :6).

Dalam ayat lain (QS 6 : 143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang) tersebut adalah dua ekor ( sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan sepasang sapi.

Dari ayat-ayat tersebut kita dapat menangkap satu pesan yang sangat jelas bahwa sesungguhnya disediakan sumber-sumber daging yang sangat cukup untuk kehidupan kita di bumi ini. Disediakan olehNya dalam pasangan-pasangan untuk menjamin kelangsungan keturunannya, untuk sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan manusia yang menjadi sangat banyak.

Jadi jumlah penduduk yang banyak tidak bisa kita jadikan alasan terus kita tidak bisa makan daging yang cukup. Lantas mengapa kita tidak atau belum mampu mengkonsumi daging yang cukup seperti negeri-negeri yang lain ?

Barangkali kita belum melaksanakan perintahNya untuk memakmurkan bumi ini ! (QS 11:61). Padahal semua resources-nya ada di kita dan petunjuk cara-cara memakmurkan bumi ini juga begitu jelas dan detil.

3 Input untuk memakmurkan bumi
Illustrasi disamping  menggambarkan bahwa tiga komponen untuk memakmurkan bumi – bahkan dari kondisi ekstremnya (bumi yang matipun) – semua ada di kita. Biji-bijian, hujan dan ternak – semuanya ada. Bahkan dari empat pasang hewan ternak yang disebutkan di Al-Qur’an tersebut di atas tiga diantaranya yaitu domba, kambing dan sapi sudah sangat familiar di kita. Sedangkan untuk unta hanya karena kita belum mencobanya saja sehingga terasa asing.

Terpadunya petunjuk untuk menggunakan ketiga unsur tersebut dalam memakmurkan bumi dapat kita lihat di ayat berikut :

“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (Qs 16:10)

Sangat bisa jadi kita tidak bisa makan daging secara cukup tersebut karena kita meninggalkan petunjuk yang sangat jelas tersebut. Kita punya hujan banyak, tanaman hijauan-pun juga masih sangat banyak. Tetapi siapa di antara kita yang masih menggembala ternaknya ?

Bila kita amati berternak kambing dan domba, kita dapat belajar bahwa ternyata ‘menggembala’ inilah kata kuncinya. Tidak heran mengapa seluruh nabi juga menggembala kambing !. Dengan menggembala bukan hanya kita bisa memberi makan ternak kita secara murah, tetapi juga mempertahankan kesuburan lahan melalui kotoran ternak yang menyebar.

Barangkali kita beralasan kini tidak ada lagi lahan gembalaan yang cukup. Tetapi alasan ini-pun sulit diterima. Lahan gembalaan bisa diantara tanaman-tanaman produktif yang ada (QS 80 : 24-32) seperti tanah-tanah perkebunan dan kehutanan. Bila dilakukan pengaturan yang baik malah bisa dilakukan di pinggir-pinggir jalan tol dan bahkan juga di padang golf yang banyak di Jabodetabek ini !

Dengan menggunakan hewan gembalaan maka pengelola jalan tidak perlu repot-repot memotong rumput, rumput sudah ada pemotongnya yang alami sekaligus menyuburkannya. Demikian pula para pengelola lapangan golf.

Intinya adalah tinggal faktor kemauan kita untuk berfikir serius dalam mengatasi ketimpangan dalam konsumsi daging yang bisa melemahkan umat ini.

Wallahu A'lam.

Agribisnis Indonesia
Rumah Hikmah, www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:


Description: Resolusi Peternakan
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Resolusi Peternakan
SelengkapnyaResolusi Peternakan

Pekerjaan di jaman yang penuh fitnah

Posted by Noer Rachman Hamidi


Belajar dari ustadz kami, ustadz Ihsan Tandjung yang sangat mendalami subject akhir zaman  mulai dari tanda-tandanya,  rujukannya sampai hal-hal yang perlu kita persiapkan untuk menghadapinya dan saking banyaknya referensi beliau dalam masalah ini, beliau sampai menulis satu situs khusus yang alamatnya di internet sudah self-explanatory  yaitu www.bolehjadikiamatsudahdekat.com .

Mendalami masalah akhir zaman, tidak harus membuat kita pesimistis dalam menghadapi kehidupan ini. Justru sebaliknya, bila kita sadar bahwa Boleh Jadi Kiamat  Sudah Dekat – maka kita akan berusaha mencari bekal sebanyaknya untuk hidup sesudah itu – yaitu kehidupan yang abadi di akhirat kelak.

Kesadaran akan akhir zaman juga akan membuat kita buru-buru bertaubat bila dalam perjalanan hidup kita ada hal-hal yang kita langgar – mumpung masih ada waktu !. Buru-buru kita ke kembali ke jalan Allah menyambut seruanNya :

“Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS 51 :50).

Nah bagaimana dalam konteks bidang pekerjaan, bila dalam pekerjaan yang kita tekuni tersebut kita masih terlibat dalam hal yang sangat terlarang seperti riba, riswah (suap), mengambil hak orang lain, berbuat kerusakan di bumi, mendholimi rakyat dlsb.dlsb ?.

Banyak potensi pekerjaan yang bisa kita pilih, yang aman dari hal-hal yang terlarang tersebut. Bahkan banyak pula jenis pekerjaan yang bisa kita lakukan tersebut yang memiliki dasar yang kuat di Al-Qur’an ataupun di Hadits. Kaidahnya adalah apa yang disebutkan di Al-Qur’an ataupun Hadits yang shoheh adalah benar ketika diturunkan, benar saat ini, dan akan tetap benar sampai akhir zaman.

Mengapa demikian ?, karena agama ini adalah agama Akhir zaman – maka segala tuntunannya pasti valid sampai akhir zaman. Termasuk tuntunannya dalam hal pekerjaan ini.

Pekerjaan bertani atau bercocok tanam misalnya, akan selalu baik sampai akhir zaman karena kita bahkan diperintahkan untuk tetap menanam benih yang ada di tangan kita walaupun seandainya proses terjadinya kiamat sudah mulai.

Contoh pekerjaan lain yang juga insyallah valid sampai akhir zaman adalah menggembala (memelihara) kambing. Untuk yang satu ini, Imam Nawawi yang sangat mashur dengan kitab yang menjadi rujukan para juru dakwah hingga kini – membahas secara khusus dalam kitabnya Riyadhush Shalihin.

Dalam bab Beruzlah  beliau menyampaikan bahwa beruzlah atau menyendiri ketika moral manusia sudah rusak, takut agama ini terfitnah dan takut terjerumus dalam keharaman dan syubhat adalah hal yang disunahkan. Nah ketika kita menyendiri dan takut kepada hal yang haram, lantas apa pekerjaan kita untuk menghidupi diri dan keluarga kita ?. Memelihara kambing, itulah salah satu jawabannya.

Untuk jawaban ini tidak tanggung-tanggung, Imam Nawawi memberikan tiga Hadits shoheh sebagai rujukannya. Berikut adalah hadits-hadits tersebut :

Dari Abu Hurairah R.A. dari Nabi SAW, dia bersabda : "Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya : “Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa qirath penduduk Mekah”. (H.R. Bukhari)

Dari Abu Said berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Hampir saja harta muslim yang terbaik adalah kambing yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah (kemungkaran atau peperangan sesama muslim)”. (H.R. Bukhari)

Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Termasuk penghidupan manusia yang terbaik, adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah. Dia terbang diatasnya (dia menaikinya dengan jalan yang cepat). Setiap mendengar panggilan perang dia terbang diatasnya dengan bersemangat untuk mencari kematian dengan jalan terbunuh (dalam keadaan syahid) atau mati biasa.  Atau seorang laki-laki yang menggembala kambing di puncak gunung dari atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan sholat, memberikan zakat dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian datang kepadanya. Dia tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat baik kepada mereka.” (H.R. Muslim).

Jadi menggembala (memelihara) kambing bukan hanya commercially feasible tetapi juga memiliki dasar yang shahih. Maka tidak malu kami mengajak para  pembaca untuk belajar menekuni profesi yang sering dianggap kuno oleh sebagian orang di zaman teknologi ini. Bagi yang berminat, kita dapat sharing bersama dan mulai belajar mempersiapkan diri dengan profesi akhir Jaman. InsyaAllah.

#Peminat sharing bersama, silahkan kirimkan email ke nrachmanbiz@gmail.com

Tulisan Terkait:

Agribisnis Indonesia

Rumah Hikmah, www.rumah-hikmah.com
Info Bisnis:

Info Keuangan:


Description: Pekerjaan di jaman yang penuh fitnah
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Pekerjaan di jaman yang penuh fitnah
SelengkapnyaPekerjaan di jaman yang penuh fitnah

Memakmurkan Petani

Posted by Noer Rachman Hamidi

Di salah satu desa paling subur di Magelang - Jawa Tengah, lurah setempat mengaku tidak bisa membendung aliran penjualan tanah sawah para petani. Para petani lebih tertarik untuk menjual sawah-sawah mereka untuk sekedar membiayai anaknya masuk menjadi pegawai negeri, polisi atau tentara. Mengapa demikian ?

Dengan cara bertani konvensional, pendapatan petani memang tidak menarik. Tetapi petani bukan tanpa harapan, ada peluang besar menanti mereka. Yang saya sebut bertani konvensional adalah bertani seperti yang dilakukan oleh para petani sekarang. Sekali menanam, panen sekali dan untuk ini diperlukan tenaga kerja yang intensif, biaya benih, pupuk dan obat-obatan.

Cara bertani demikian sebenarnya belum terlalu lama, sebelum Perang Dunia II umumnya petani tidak mengenal pupuk apalagi insektisida seperti yang mereka kenal sekarang. Dunia mengenal pupuk kimia setelah produksi bahan-bahan kimia untuk keperluan perang di masa PD II tidak habis terjual, maka bahan-bahan kimia tersebut dijuallah ke para petani dalam bentuk pupuk !

Akibatnya tanah menjadi seperti orang yang kecanduan, bila tidak diberi pupuk produksi langsung turun – tetapi bila terus diberi pupuk – kualitas tanah juga terus menurun secara gradual, dan dalam jangka panjang produktifitas lahan juga pasti turun.

Ketika biaya bertani meningkat pesat karena ongkos pupuk dan obat-obatan kimia, sementara hasil pertaniannya menurun – maka disitulah penghasilan petani menjadi tidak menarik dan mereka rame-rame menjual lahannya ke kelompok masyarakat yang bukan petani dan tidak terlalu eager untuk memakmurkan lahan pertanian.

Dari sinilah muncul masalah besar produksi pangan kita secara nasional. Bila petani Indonesia rata-rata memiliki lahan 0.25 hektar, maka di daerah yang paling subur sekalipun mereka hanya akan panen padi tiga kali. Katakanlah masing-masingnya 6 ton/hektar (rata-rata nasional hanya 5.1 ton/hektar), petani dengan 0.25 ha lahan hanya akan mendapatkan 1.5 ton gabah sekali panen. Dengan harga gabah sekarang dikisaran Rp 5,000/kg; petani hanya memperoleh hasil penjualan gabahnya Rp 7.5 juta per panen. Tiga kali panen berarti mendapatkan Rp 22.5 juta.

Tetapi ingat bahwa Rp 22.5 juta ini adalah penjualan kotor, setelah dipotong biaya tenaga kerja, bibit, pupuk dan obat-obatan katakanlah 50 %-nya, maka petani dengan luas lahan 0.25 hektar yang subur hanya akan mendapatkan pendapatan bersih Rp 11.25 juta setahun (tiga kali panen) atau Rp 937,500,- bila dirata-rata bulanan. Gaji pegawai negeri terendah-pun kini Rp 1,323,000 per bulan (golongan 1 A dengan masa kerja nol tahun), jauh lebih tinggi dari petani rata-rata yang memiliki lahan 0.25 hektar.

Maka tidak mengherankan bila para petani hingga kini terus rajin menjual lahannya untuk membiayai anaknya masuk menjadi pegawai negeri dlsb. Bila arus ini dibiarkan terus, maka akan semakin banyak lahan-lahan petani yang jatuh ke tangan orang kaya hanya untuk sekedar klangenan (hiburan), mereka tidak antusias mengolahnya dan malah lebih sering hanya sebagai investasi belaka. Ketahanan pangan nasional akan terancam bila praktek demikian dibiarkan.

Lantas apa solusinya ? berikut adalah setidaknya  dua solusi yang kami padukan dari multi disiplin dan masing-masing keahlian telah memulai mencobanya di lapangan atau mulai melakukan pembibitannya.

Pertama adalah Go Organic – ini yang sudah dicoba oleh teman-teman kami di JawaTengah dengan hasil yang sangat baik. Bertani organic tidak harus mahal, justru sebaliknya bisa menjadi murah karena tidak ada pupuk dan obatobatan kimia yang perlu dibeli mahal, cukup membuat sendiri dengan komponen microba yang sangat murah. Menurut hitungan team kami bahkan setelah sekitar 15 kali panen (5 tahun), pupuk-pupuk organic-pun tidak diperlukan sama sekali.
Tanah sudah kembali subur alami kembali ke pra PD II sebelum pupuk kimia dikenal !

Kedua menggabungkan pertanian dengan peternakan atau perikanan. Bisa dimulai dengan perikanan yang cepat memberikan hasil panen sebagai started up, ide kami adalah berternak lele sangkuriang organik dengan konsep "padat tebar tinggi" dengan kepadatan lele 1000 ekor siap panen per-1 meter kubik, yang dapat memberikan hasil panen setiap 2 bulan dan bisa didesain agar petani dapat menerima hasil panen setiap bulan dengan rata-rata hasil panenan minimal 2 ton dengan penghasilan per-bulan sebesar Rp.6.000.000,- setiap 2 ton panenan. Adapun pakan lele sudah dapat di produksi sendiri dari hasil fermentasi jerami, dedaunan dll. Sedangkan air buangan lele dapat dijadikan pupuk organik untuk tanaman.

Kolam Lele dengan konsep "Padat Tebar Tinggi"
Ketiga melengkapi pojok-pojok sawah petani dengan tanaman jangka panjang yang diambil buahnya. Ide kami adalah bisa kurma, zaitun, anggur atau kombinasi diantaranya. Petani hanya perlu menanam sekali tetapi akan terus memetik hasilnya sampai anak turunan mereka. Dengan dua langkah ini saja matematika petani sudah akan jauh berubah. Dengan hasil yang dua kali lipat dan biaya yang separuh dari sebelumnya, maka bertani sudah bisa kembali menarik.

Hasil dua kali lipat ini ditunjukkan oleh beberapa kali panen padi organik kami di Boyolali yang berada di sekitar angka 12 ton/hektar atau 3 ton untuk tanah 0.25 hektar. Penjualan kotor padi petani menjadi 3x3,000xRp 5,000 = Rp 45,000,000. Setelah dipotong biaya tenaga kerja dan pupuk organik Rp 11,250,000, petani dengan 0.25 ha lahan akan memiliki penghasilan bersih Rp 33.75 juta setahun atau rata-rata Rp 2,812,500 sebulan. Ditambah lagi dengan hasil panenan lele organik setiap bulannya sebesar Rp.6.000.000,-.

Dengan angka ini saja bertani sudah bisa kembali lebih menarik ketimbang memaksakan diri menjual sawah untuk biaya anak masuk menjadi pegawai. Hasil bertani akan semakin menarik, manakala poohon-pohon jangka panjang yang ditanam tersebut mulai berbuah beberapa tahun kemudian.

Dari sinilah kami melihat masa depan cerah bagi petani bisa kembali kita visikan. Bila masa depan petani cerah, maka ketahanan pangan nasional-pun insyaAllah akan aman. Mudahkah ini ?, tentu tidak ada yang mudah, semuanya membutuhkan kerja keras yang memerlukan kesabaran. Tetapi semua itu mungkin dilakukan karena memang sudah dicoba. Bahkan bagi masyarakat yang membutuhkan pelatihan untuk bertani secara organic ini, unit usaha kami di Boyolali- Jawa Tengah insyaAllah bisa membantu.

Lebih dari ikhtiar yang bersifat fisik, masyarakat juga perlu diajak untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaannya secara terus menerus. Hanya dengan iman dan takwa inilah negeri ini akan memperoleh keberkahanNya, dan di negeri yang diberkahi, hasil panenan itu banyak dan enak (QS 2:58). InsyaAllah.

www.agribisnis-indonesia.com
www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:


Description: Memakmurkan Petani
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Memakmurkan Petani
SelengkapnyaMemakmurkan Petani

Kandang composites untuk Peternakan

Posted by Noer Rachman Hamidi

Karakter kandang-kandang futuristis berbasis composites ini mampu mengatasi hampir keseluruhan masalah perkandangan secara umum, antara lain adalah :
  • Penyiapan kandang (time to run) akan menjadi sangat cepat.
  • Kandang lebih higienis dibandingkan kandang kayu karena mudah dibersihkan dan tidak meninggalkan kuman, bakteri dlsb di pori pori seperti bila menggunakan kayu.
  • Pembuatan kandang tidak harus memotong pohon-pohon yang sudah semakin langka – eco friendly.
  • Life –cycle yang panjang insyallah diatas 30 tahun akan membuat nila ekonomis yang tinggi – karena penyusutan tahunan yang rendah.
  • Composites yang menyerap panas akan membuat kambing nyaman didalamnya, sehingga insyallah produktifitas kambing lebih tinggi.
  • Knock-Down System sehingga ekonomis untuk di install di tempat tertentu untuk kegunaan jangka pendek sekalipun (misalnya pada bulan haji untuk hewan Qurban) dan ekonomis untuk tanah yang disewa – karena bisa dipindah-pindahkan dengan cost  to reinstall yang rendah.
Kandang composites untuk Peternakan
Kandang composites untuk Peternakan
Dengan penyelesaian masalah secara unggul demikian, maka berbagai peluang baru untuk men-supply kandang sejenis ke para peternak di dalam dan luar negeri kini terbuka.  Bahkan permintaan membuat kajian kandang berbasis composites yang datang ke kami kini bukan hanya untuk kambing, tetapi juga untuk kandang ayam dan kandang sapi.

Kandang Composites Tampak Samping
Kandang Composites Tampak Samping
Peluang yang lahir bersamaan dengan proses penyelesaian masalah inilah salah satu tafsir yang seharusnya bisa kita hayati kini dari ayat “Maka bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS 94 : 5 – 6). Sampai dua kali Allah menyampaikan pesan tersebut dalam ayat yang berurutan untuk menyangatkan – agar kita benar-benar paham !.

Masalah-demi masalah baru mungkin akan lahir dari setiap pekerjaan yang kita tangani kedepan; namun bila sudut pandang kita tetap sesuai ayat tesebut – maka berarti berbagai peluang baru juga akan terus bermunculan dengan timbulnya masalah. Ini pula yang nampaknya disemangati oleh ayat berikutnya “Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”.

Maha benar Allah dengan segala firmanNya.

http://goo.gl/lr01p
www.agribisnis-indonesia.com
http://goo.gl/5h4hb
www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:


Description: Kandang composites untuk Peternakan
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Kandang composites untuk Peternakan
SelengkapnyaKandang composites untuk Peternakan

Penerapan Bioflok pada Budidaya Lele

Posted by Noer Rachman Hamidi

Berbekal bimbingan praktisi bioflok di tambak udang, Amir dan komunitasnya mengadopsi sistem ini pada budidaya lele. Konversi pakan atau FCR bisa mencapai 0,8 hingga 0,7.

Kian sulitnya sumber air di wilayah Pekalongan Jawa Tengah, banyak kolam lele yang berhenti beroperasi. Saat musim kemarau, banyak pembudidaya yang kesulitan sumber air. “Misalkan, ada yang memakai pompa untuk menyedot sumber air, hanya setiap 2 – 5 menit air berhenti mengalir,” ujar pembudidaya lele asal Pekalongan, Muhammad Amir yang tergabung di Forum Komunikasi Mina Pantura (FKMP).

Penerapan Bioflok pada Budidaya Lele
Penerapan Bioflok pada Budidaya Lele
Mengatasi hal ini, salah satu caranya meminimalkan penggantian air. Amir dan pembudidaya lain menerapkan puasa pakan pelet seminggu sekali. “Harapannya, seperti manusia, ada proses detoksifikasi, peluruhan protein cacat, hingga pembaruan sel organ pencernaan, selain mengurangi limbah yang dihasilkan dari pakan dan kotoran lele,” tutur pria berusia 38 tahun ini.

Amir mengungkapkan, pembudidaya berusaha berinovasi sistem lain. Ditambah informasi yang dibagikan praktisi bioflok udang, salah satunya Suprapto yang berdomisili di Pacitan, Amir bersama pembudidaya di daerahnya mencoba sistem bioflok pada budidaya lele. Dengan bantuan dan bimbingan Suprapto, para pembudidaya mulai mencoba  sistem ini sejak 2010.

Hasilnya, setelah 2 tahun percobaan, FCR (Feed Convertion Ratio) atau konversi pakan menjadi lebih bagus, sehingga sistem ini dikembangkan. Yakni, rata-rata FCR bisa mencapai 0,8 hingga 0,7. Artinya, untuk 1 kg daging hanya membutuhkan 0,7 – 0,8 kg pakan. Beda dengan sistem konvensional dengan rata-rata FCR 1,1 hingga 1,2.

Pengaruhnya, efisiensi pakan dengan pertumbuhan cepat juga mempengaruhi pemberian pakan. “Contohnya, efisiensi pakan dimulai dari pemberian pakan, kita cuma 2 kali sehari. Sedangkan yang konvensional bisa mencapai 3 – 4 kali sehari,” tukas Amir.

Selain itu, lanjut Amir, dengan efisiensi pakan ini, pertumbuhan lele menjadi lebih cepat dan dari segi rasa juga berbeda. “Kita melihat empedu menjadi lebih bening, lever menjadi lebih besar, dagingnya memiliki lemak yang lebih sedikit. Warna daging lebih putih, tekstur pun menjadi lebih jelas dan rasa lebih gurih,” tambahnya.

Proses
Amir lalu merunutkan, dulunya proses yang dia jalankan berlangsung bertahap. Awalnya dia mencoba dulu di kolam sendiri. “Bentuk kolam persegi dengan ukuran 3x4x5m. Kita coba mulai dari kepadatan 500 ekor per m2, lalu 650 ekor per m2, dan sekarang 800 ekor per m2,” tambah Amir yang mengaku sudah memiliki kurang lebih 30 kolam.

Prinsip bioflok ini, yakni memanajemen air dengan intervensi bakteri, terutama dengan mengakali rasio keseimbangan unsur C (Carbon) dan N (Nitrogen), sehingga meminimalisir penggantian air di kolam. “Cara menjaga keseimbangan rasio itu dikonsepkan secara bertahap, yaitu mulai dari mengurangi limbah beracun (amonia, nitrit, H2S) dengan memanfaatkan mikroorganisme (bakteri dan yeast), hingga mendaur ulang Nitrogen anorganik yang bersifat racun menjadi protein sel tunggal,” jelas Amir.

Amir mencontohkan limbah yang dimaksud berasal dari sisa pakan, kotoran ikan, hingga plankton/jasad yang mati. “Misalnya saja, dari pemakaian pakan, hanya 30% yang terserap oleh ikan, sisanya menjadi kotoran yang akan berperan membentuk amonia, hingga nitrit tadi,” tambahnya.

Ia menambahkan, dengan pemakaian bioflok, ada penambahan bakteri/probiotik yang mampu memanfaatkan NH3 dari amoniak dan NH4 dan diambil untuk dijadikan protein sel. “Protein sel ini nanti diikat oleh polimer yang dihasilkan bakteri lain. Dengan adanya protein yang terikat, bakteri akan mengumpul dan menarik konsumen di atasnya, seperti rotifera hingga cacing. Dari sini, selain mendaur ulang nitrogen anorganik, sekaligus menjadi pakan alami,” imbuhnya.

Persyaratan bioflok ini, Amir menuturkan, rasio C dan N haruslah imbang. Misalkan C per N di suatu kolam hasilnya di bawah 12, maka akan terjadi nitrifikasi sehingga yang bekerja bakteri nitrifikasi. “Misalkan rasionya di atas 12, barulah yang bekerja bakteri sintesa protein dari bioflok. Hasilnya pun menjadi sangat baik. Jadi tujuannya agar rasio C dan N harus di atas 12,” ungkapnya.

Bapak dua orang anak ini menjelaskan pula, untuk menjaga keseimbangan rasio C dan N harus ditambahkan karbohidrat sebagai sumber energi untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof, serta menyerap mineral dalam air (termasuk amonia) untuk disintesis menjadi protein. Kasarnya prosesnya seperti ini:C-ORGANIK + NH3 + O2  --> PROTEIN MIKROBA + CO2

www.agribisnis-indonesia.com
www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:


Description: Penerapan Bioflok pada Budidaya Lele
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Penerapan Bioflok pada Budidaya Lele
SelengkapnyaPenerapan Bioflok pada Budidaya Lele

Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara

Posted by Noer Rachman Hamidi

Secara umum makanan kita sangat erat hubungannya dengan pekerjaan kita. Karena orang harus bekerja untuk bisa makan, maka dalam suatu ecosystem perekonomian – harus ada pekerjaan cukup agar masyarakatnya juga bisa makan cukup. Solusi kecukupan pangan tidak bisa lepas dari solusi kecukupan lapangan kerja.

Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara
Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara

Rasulullah diperintahkan Allah SWT untuk mencari kaum petani atau kamu produsen yang kemudian beliau mendatangi Kota Thaif. Sesuai dengan riwayat yang telah kita ketahui Rasulullah mendapatkan penolakan di sana dan kemudian beliau diterima di Kota Yatsrib yang saat kemudian dinamakan Kota Madinah. Kaum petani atau kaum produsen dari Kota Madinah itulah yang dinamakan "Kaum Anshor", sedangkan kaum pedagang dari Kota Makkah dinamakan "Kaum Muhajirin".

Jadi untuk membangun negara yang kokoh, tugas utama pemerintah adalah membangun kekuatan produksi atau produsen dalam negeri, agar semua kebutuhan rakyat dapat terpenuhi oleh hasil produksi di negara tersebut. Adapun kelebihan dari hasil produksi negara tersebut akan dibawa oleh kaum pedagang untuk dijual ke negara-negara lain atau ditukar-barter dengan produk lain yang belum bisa diproduksi oleh negara tersebut untuk sementara waktu untuk dapat dipelajari dan dikembangkan menjadi hasil produksi dalam negeri.

Miris ketika Komite Ekonomi Nasional (KEN) kita baru-baru ini mengusulkan bahwa untuk mengatasi pangan kita kedepan, kita harus mencari lahan diluar Indonesia katanya - lihat berita lengkapnya di Detik Finance (13/03/2013). Silahkan para ekonom yang ahli memperdebatkannya, tetapi menurut saya solusi yang konon di berita tersebut sudah sampai ke Presiden R.I. ini – bisa berdampak luar biasa pada kehilangan lapangan kerja di Indonesia.

Saat ini ada sekitar 42 juta orang Indonesia bekerja di sektor pertanian dalam arti luas – termasuk peternakan dlsb. Jumlah ini mewakili sekitar 36 % dari angkatan kerja produktif di negeri ini. Lantas apa jadinya bila rencana KEN tersebut jadi dilaksanakan , Indonesia akan bertanam padi di Laos dan Myanmar, akan beternak sapi di Australia dan New Zealand. Logika mereka adalah karena lahan kita tidak mencukupi, maka menggunakan lahan orang lain tersebut yang paling masuk akal mereka.

Satu masalah mungkin teratasi yaitu produksi beras dan daging, tetapi yang harus dipikirkan adalah apakah rakyat bisa membeli beras dan daging yang diproduksi di luar negeri tersebut ?. Oh gampang solusinya, masih di berita tersebut – produksi beras dan daging tersebut meskipun secara fisik diproduksi di luar negeri – dianggap produksi dalam negeri , tidak dianggap produk impor – mungkin maksudnya agar bebas pajak impor dlsb. ?

Saya tidak tahu, mungkin saya yang bodoh sehingga sulit memahami logika mereka ini. Kita invest di negeri orang – yang dipakai adalah uang kita, bisa dari pajak kita atau uang tabungan masyarakat kita di bank-bank, untuk memakmurkan negeri orang, memberi lapangan kerja di negeri orang, kemudian produknya kita anggap sebagai produk kita, bebas masuk di negeri kita (tanpa pajak impor ?), produknya akan bersaing head to head dengan semua jerih payah petani di negeri sendiri ?

Siapa yang diuntungkan oleh konsep ini ?, tentu para konglomerat yang bisa menanam padi di Laos dan Myanmar, bisa beternak sapi di Australia dan New Zealand kemudian bebas memasukkan produknya ke Indonesia hanya karena dilabeli produk dalam negeri. Sedangkan mayoritas rakyat negeri ini tentu tidak sampai pikirannya untuk bisa bertani dan beternak di luar negeri tersebut - membayangkannya-pun mungkin tidak !

Ini blunder ekonomi sejenis yang pernah dilakukan Orde Baru dengan program Mobnas-nya. Produk yang diimpor bulat-bulat dari negeri asing, ujug-ujug menjadi produk lokal hanya karena disulap mereknya menjadi merek local.

Kita memang krisis produksi kedelai, daging sapi dan kini bawang putih-bawang merah. Tetapi lantas tidak berarti krisis ini diatasi dengan sepihak hanya pada krisisnya itu sendiri, tanpa berfikir luas tentang kesejahteraan secara keseluruhan rakyat negeri ini – khususnya dalam kontinyuitas ketersediaan lapangan kerja.

Negeri ini juga bukan negeri tanpa harapan sehingga kita harus mencari yang dimiliki oleh orang lain. Tidak usah jauh-jauh, kita bisa belajar dari sukses kita sendiri. Pengamalan kelapa sawit misalnya bisa menjadi rujukan.

Source : Situs DitJenBun - Dep. Pertanian RI
Sawit yang awalnya bukan tanaman asli Indonesia, awalnya didatangkan oleh Belanda dari Afrika Barat hanya empat benih. Kini Indonesia merupakan produsen sawit terbesar dunia dengan produksi lebih dari 20 juta ton. Karena tingkat pertumbuhan produksinya yang mencapai rata-rata 12% per tahun selama 40 tahun terakhir, jauh melebihi rata-rata pertumbuhan penduduk yang hanya 1.8% per tahun pada rentang waktu yang sama – maka Indonesia juga memiliki ekses produksi yang bisa diekspor ke berbagai negara lain yang jumlahnya semakin besar.

Terlepas dari pro kontra tentang sawit ini, bahwa yang mendapat manfaat maksimal juga masih para konglomerat – tetapi ada hal yang layak menjadi pembelajaran bangsa ini. Bahwa ada sumber daya yang cukup, yang bisa lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan juga untuk kepentingan ekspor. Tinggal menggunakan contoh yang sama dengan diperbaiki jenis komoditinya dan struktur kepemilikan usahanya.

Solusi apapun menurut saya intinya kita harus berfikir meng-optimalkan potensi dalam negeri ini, sambil terus mensejahterakan rakyat negeri ini dengan lapangan kerja yang cukup. Bila lapangan kerja cukup, penghasilan cukup – maka insyaallah makanan juga akan terjangkau.

Sebaliknya bila makanan itu dihadirkan dengan memakmurkan negeri lain, menyaingi lapangan kerja sejenis di dalam negeri – apa yang terjadi ?. Ketika beras-beras Laos dan Myanmar tersebut datang, ketika daging-daging sapi Australia dan New Zealand datang – rakyat kita sudah klepek-klepek karena kehilangan pekerjaannya bahkan jauh sebelum kedatangan beras dan sapi asing bermerek lokal tersebut.

Rakyat kita insyaAllah sudah cerdas, maka program Mobnas-pun kandas. Apakan pemerintah beserta para penasihatnya di KEN akan mengulangi kesalahan yang sama ? semoga saja tidak, agar kita semua tetap bisa bekerja dan mampu membeli makanan kita ! InsyaAllah.

http://goo.gl/BE8K6
www.agribisnis-indonesia.com

Description: Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara
SelengkapnyaPentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara

Ikan Lele Sangkuriang

Posted by Noer Rachman Hamidi

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan :
  1. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,
  2. Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat,
  3. Pemasarannya relatif mudah dan
  4. Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.

Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele “Sangkuriang”.

Ikan Lele Sangkuriang
Ikan Lele Sangkuriang

Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.

Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama “Lele Sangkuriang”. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama.

http://goo.gl/ibrLQ
www.agribisnis-indonesia.com

Description: Ikan Lele Sangkuriang
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Ikan Lele Sangkuriang
SelengkapnyaIkan Lele Sangkuriang

Cara Membuat Kolam Ikan Terpal

Posted by Noer Rachman Hamidi

Kolam ikan terpal menjadi populer sekarang sejak semakin minimnya jumlah lahan yang bisa digunakan untuk membuat kolam ikan secara permanen. terutama bagi para peternak ikan yang menggunakan sistem sewa lahan untuk mengembang biakkan ikannya. Ada banyak jenis ikan yang bisa dibudidayakna dengan menggunakan kolam ikan terpal. Diantaranya lele yang sedang naik daun saat ini.
Berikut ini adalah cara emmbuat kolam ikan terpal yang diambil dari sumber: "Budidaya Ikan di Kolam Terpal" karangan Cahyo Saparinto
1. Siapkan bambu yang akan digunakan. Kemudian pasang bambu - bambu tersebut dengan model dan bentul seperti gambar di bawah ini. Kolam terpal sendiri bisa dibuat dalam ukuran 2 x 3 x 1 meter, 4 x 5 x 1 meter, atau 4 x 8 x 1 meter.

2. Pasang terpal yang telah dilubangi bagian tepinya dan diberi ring logam supaya tidak gampang robek. Kemudian ikat terpal pada kerangka bambu. Kebutuhan terpal untuk masing - masing ukuran kolam adalah sebagai berikut:
kolam ukuran 2 x 3 x 1 meter membutuhkan luas terpal 4 x 5 meter
kolam ukuran 4 x 5 x 1 meter membutuhkan luas terpal 6 x 7 meter
 







3 Langkah terakhir adalah memasang pipa atau selang untuk saluran pembuangan air apabila kolam kelebihan air. Cara memasang pipa atau selang bisa melihat gambar dibawah ini:










www.agribisnis-indonesia.com
Description: Cara Membuat Kolam Ikan Terpal
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Cara Membuat Kolam Ikan Terpal
SelengkapnyaCara Membuat Kolam Ikan Terpal

Pakan untuk Sapi dan Kambing

Posted by Noer Rachman Hamidi

Beberapa ahli nutrisi dari Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta mengembangkan pakan ternak yang  lebih praktis, menyerupai burger. Cocok untuk peternakan rakyat di daerah bencana. Sapi atau kambing ternyata gemar makan burger. Sejumlah peneliti di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, membuat makanan siap saji yang kandungan nutrisinya lengkap untuk hewan ternak itu. Bahannya dari jerami, dedak, tetes tebu, dan mikrobia.

Pakan untuk Sapi dan Kambing
Pakan untuk Sapi dan Kambing

Menurut anggota tim, Dr Ali Agus, jerami padi, jagung, atau rumput kaya serat. Dedak gandum atau padi merupakan sumber protein penghasil energi. Adapun tetes tebu dan bakteri mikrobia cair berfungsi dalam  proses fermentasi. Tetes tebu  menimbulkan aroma yang menarik. “Sekali telan sudah lengkap. Seperti burger,” kata Ali.

Komposisi pakan ini, 60 persen jerami, 30 persen dedak, dan sisanya pelengkap. Untuk membuat burger, jerami kering disiram tetes tebu dan mikrobia. Bahan ini dikemas berlapis di dalam plastik. Setiap lapis dipisahkan dedak. Setelah dua hari, makanan siap dilahap sapi atau kambing.

Pakan ternak ini bisa bertahan enam bulan. Setelah kantong plastik dibuka, makanan harus habis pada hari yang sama. Pada musim kemarau atau di tengah bencana, burger dapat jadi pilihan utama pakan ternak. Misalnya setelah letusan Gunung Merapi, yang menghanguskan rumput kalanjana, santapan ternak.

Saat ini tim tersebut baru membuat burger dalam kemasan 15 kilogram. Seekor sapi butuh dua kantong sehari. Adapun kambing cukup 5 kilogram per hari. Ali berharap masyarakat juga bisa memproduksi sendiri. Sebab, pembuatan pakan ini relatif murah dan bahannya mudah diperoleh.

Membuat burger pakan ternak

Ada tujuh tahap pembuatan burger khusus untuk ternak, yakni:
  1. Keringkan jerami lalu guyur dengan tetes tebu yang berwarna cokelat tua.
  2. Aduk jerami dengan dibolak-balik agar bercampur.
  3. Siram lagi dengan cairan mikrobia yang berwarna kuning kecokelatan seperti urine.
  4. Setelah rata, masukkan ke plastik ukuran 15 kilogram. Setiap sekitar lima sentimeter disisipi dengan dedak. Begitu seterusnya.
  5. Sebelum kantong plastik ditutup, sedot udara dengan vakum. Ikat dengan kencang.
  6. Masukkan lagi ke kantong plastik kedua untuk memastikan tak ada yang bocor.
  7. Biarkan dua hari. Proses fermentasi berlangsung. Burger siap disajikan.

Burger pakan ternak yang saat ini tengah dikembangkan tim Fakultas Peternakan UGM tersebut akan sangat bermanfaat, terutama apabila terjadi bencana -sementara ternak harus selalu mengonsumsi pakan dalam jumlah cukup. Burger juga bermanfaat ketika bahan pakan yang tersedia dalam jumlah terbatas -misalnya pada saat musim kemarau.

http://goo.gl/STPYG
www.agribisnis-indonesia.com

Description: Pakan untuk Sapi dan Kambing
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Pakan untuk Sapi dan Kambing
SelengkapnyaPakan untuk Sapi dan Kambing